Global Warming dan Hancurnya Destinasi Wisata Pantai Ulim

Dampak pemanasan global (global warming) telah menyebabkan abrasi pantai. Seperti yang terjadi di Kuala Ulim, Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh. Kuburan umum dan tambak warga terancam jadi laut. Objek wisata pantai itu kini hilang sudah.

Dulu Kuala Ulim merupakan salah satu destinasi wisata lokal di Kabupaten Pidie Jaya. Daya tarik pantai itu terletak pada rangka kapal asing yang kandas di bibir pantai sejak puluhan tahun lalu. Seorang peneliti dari Jerman malah pernah datang untuk menelusuri asal usul kapal tersebut. Dari bongkahan besi dan nomor serta tulisan yang tersisa diketahui kapal itu kepunyaan salah satu maskapai dagang asal Eropa.

kuala ulim.jpg
Abrasi kuala ulim difoto dari desa Tijien Husein Foto

Dan dari riwayat penduduk desa Tijien Husein, Kecamatan Ulim, kapal Eropa itu kandas di sana sekitar tahun 1950-an. Warga menemukan bercak darah di lantai kapal. Diduga kapal itu dirompak ketika melewati selat Malaka. Tapi warga tak menemukan satu pun mayat dalam kapal itu.

Seiring waktu, kapal kandas itu menjadi dayat tarik, warga ramai yang berkunjung, hingga tahun 1990-an kerangka kapal itu masih terlihat ketika air surut, tapi lama kelamaan akibat pemanasan global (global warming) abrasi menghantam pesisir pantai itu. Dan kini, kerangka kapal itu sudah hilang tenggelam dalam lautan.

Abrasi juga menyebabkan luas pantai itu menyusut. Kini malah ombak sudah menghantam kebun kelapa. Selain itu Tempat Pemakaman Umum (TPU) juga terancam tergenang, dan puluhan hektar tambak udang milik warga terancam jadi laut.

Abrasi Kuala Ulim itu terparah terjadi di kawasan desa Tijien Daboh, Tijien Usen, Geulanggang dan desa Bueng di sebelah barat kauala, serta desa Grong-Grong Capa di sebelah timur. Kini bibir pantai semakin dekat dengan pemukiman warga. Pemerintah setempat diminta untuk bertindak melakukan penyelamatan.

kuala ulim_.jpg
Ujung break water dari sebelah barat yang dibangun tidak sampai ke Kuala Ulim memperparah abrasi pantai. Foto

Abu Bakar, petani tambak di Desa Tijien Husein berharap agar Pemerintah Kabupaten Pide Jaya dan Pemerintah Provinsi Aceh melalui instansi terkait untuk membangun tanggul pemecah ombak (break water) di sepanjang pantai tersebut. Pasalnya, di sisi barat desa Tijien Daboh, sudah lama dibangun breakwater yang melewati pesisir pantai desa Lueng Bimba, Buangan, hingga ke muara Kuala Meureudu.

Abu Bakar juga menjelaskan, abrasi yang melanda kawasan itu juga menyebabkan muala Kuala Ulim berpindah, tertutup dan bergeser dari posisi sebelumnya. Hal tersebut menyebabkan muara menjadi dangkal dan nelayan susah untuk pergi melaut. Dampak dari pendangkalan mulut Kuala Ulim itu juga menyebabkan desa di sekitarnya tergenang ketika banjir, karena air dari hulu tidak bisa sepenuhnya mengalir ke laut.

Genangan air yang berlangsung selama berhari-hari itu juga menyebabkan, areal sawah warga di sisi selatan kampung ikut terendam. Akibatnya petani jadi gagal panen. Dampak dari global warming itu sudah sangat parah. Kini masyarakat di sekitar Kuala Ulim mengharapkan kepedulian pemerintah untuk membangun break water agar abrasi pantai bisa diatasi, dan lahan tambak warga bisa selamat.[*]

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
7 Comments
Ecency